Selasa, 17 Desember 2013

contoh makalah komunikasi interpersonal


mungkin biasanya ai nge-post yang berhubungan  sama yang namanya korea, tapi kali ini ai akan nge-post artikel tentang tugas kuliah.. bagi yang pingin tahu contohnya untuk dipelajari, silahkan dibaca...
makalah ini dibuat oleh mahasiswa PKnH yang bernama Erni Kuswulandari




TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL

“ANALISIS WAWANCARA DENGAN ORANG YANG BERKEPRIBADIAN UNIK DAN MENARIK”

Dosen : Pratiwi Wahyu Widiarti, M.Si








                                 



Disusun Oleh :
Erni Kuswulandari Suwarno
12401241003

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013/20




KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan rezeki-Nya saya mampu menyelesaikan laporan hasil wawancara terkait tugas mata kuliah Komunikasi Interpersonal ini dengan baik.
Laporan ini saya buat terkait tugas mata kuliah Komunikasi Interpersonal yang diampu oleh Ibu Pratiwi Wahyu W, M.Si, untuk menemukan dan mewawancarai orang atau pribadi di lingkungan sekitar yang dianggap unik dan menarik. Dalam laporan ini terdapat identitas pribadi orang yang saya wawancarai, riwayat kehidupan dan hubungan sosial, kajian teori dan analisis.
Ibarat tak ada gading yang tak retak, seperti itulah laporan ini, dalam pembuatan laporan ini saya menyadari masih terdapat kekurangan, masih banyak kesalahan dan belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Sekian dan terima kasih.



           Yogyakarta,  Desember 2013
      Penulis













DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
IDENTITAS PRIBADI ORANG YANG DIWAWANCARAI 1
RIWAYAT HIDUP DAN KEHIDUPAN SOSIAL 1
KAJIAN TEORI 3
ANALISIS 6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7







IDENTITAS PRIBADI

Nama                           : Sri Lestari
Usia                             : 40 th
Jenis kelamin               : Wanita
Alamat                                    : Jemawan, Jemawan, Jatinom, Klaten
Profesi                         : Buruh Rewang
Status perkawinan       : Kawin
Jml. Anak                    : 3


RIWAYAT HIDUP DAN KEHIDUPAN SOSIAL

Ibu Sri lahir di Klaten sekitar 40 tahun yang lalu dari sebuah keluarga sederhana. Anak kedua dari tiga bersaudara ang hanya tamatan SD ini mulai menjadi buruh rewang beberapa tahun setelah beliau menikah. Pekerjaan ini diambil beliau demi membantu suaminya mencari nafkah agar kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi. Maklum saja, suaminya hanya seorang buruh bangunan yang penghasilannya tidak seberapa
Untuk dikenal menjadi buruh rewang tidaklah mudah, butuh keuletan dan promosi dari mulut ke mulut mengenai kemampuan si buruh rewang. Selama ini ibu Sri dengan jasa tenaganya selalu ulet dan telaten dalam pekerjaanya sebagai buruh rewang di setiap hajatan-hajatan yang diadakan oleh kliennya. Selama pekerjaan beliau menjadi buruh rewang, istri dari seorang pria paruh baya ini tidak pernah mematok tarif harga untuk setiap tenaga yang dikeluarkan. Bagi beliau, terserah klien yang menyewa jasanya akan memberikan berapa saja, banyak ya Alhamdulillah, sedikit ya disyukuri juga. Menurut beliau banyak kecilnya nominal tidak masalah, yang beliau tahu selama ini hanyalah selalu bekerja dengan baik dan tidak mengecewakan orang yang membuat kesepakatan kerja dengannya.
Walaupun setiap hari beliau hanya menawarkan jasa buruh rewang di daerahnya, dan hanya sebatas dikenal di daerahnya saja, ibu yang dikenal tekun oleh tetangganya ini selalu menerapkan hidup sederhana dan juga menerapkan pepatah jawa yakni nerimo ing pandum. Baginya, dengan segala usaha yang sudah keras dilakukannya, tetap saja segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak sang pencipta. Jadi beliau akan menerima dengan ikhlas segala hal yang sudah digariskan oleh sang pencipta mengenai hidupnya dan pekerjaannya.
Dari pekerjaannya sebagi buruh rewang ini, beliau dapat membantu suaminya untuk menyekolahkan anak pertamanya di perguruan tinggi. Saat ini anak pertama beliau masih tercatat sebagai salah satu mahasiswa perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Meskipun putra beliau mendapatkan beasiswa di perguruan tingginya, akan tetapi hal itu tidak mencukupi kehidupan sehari-hari, seperti biaya sewa kamar kost yang lumayan cukup tinggi dan uang makan. Untuk itu beliau dan suaminya bekerja keras membanting tulang demi anaknya untuk memenuhi segala kebutuhan anak mereka yang sedang menempuh pendidikan. Harapannya, suatu hari anak-anaknya dapat sukses.
Alasan saya memilih ibu Sri untuk diwawancarai karena menurut saya beliau adalah tokoh unik dan menarik. Tidak seperti buruh rewang yang lain yang hanya bekerja berdasarkan kebutuhan untuk memenuhi isi perut, akan tetapi dalam bekerja beliau selalu mengutamakan kebutuhan dan memahami apa yang dibutuhkan kliennya dengan tenaga dan sifat ramah yang dimilikinya.meskipun terkadang ada kliennya yang bahkan tidak membayar jasa beliau dan hanya sekedar membeir sedikit sembako untuk jasanya, ibu yang dimata ketiga anaknya masih tatap cantik ini tak pernah marah dan mengeluh. Bagi beliau rezeki sudah diatur dengan sangat-sangat baik oleh sang pencipta. Yang dia tahu dia harus menyenangkan kliennya dengan menunjukkan segala usaha kerasnya saat bekerja. Inilah yang saya suka dari beliau, ibu yang belum lama menginjak usia 40 tahun ini adalah tipe pekerja keras yang tidak peduli bagaimana hasilnya kelak.



KAJIAN TEORI

Secara kodrati, manusia hidup sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu artinya, bahwa setiap manusia pada hakikatnya memiliki “keunikan” yang membedakan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial artinya, bahwa secara kodrati sejak dilahirkan manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan memerlukan pertolongan dari orang lain di lingkungannya.
Menurut Suranto (2011: 24), hubungan antar manusia dibina atas dasar hal-hal kecil yang mengakrabkan persahabatan, yang terbit dari kata hati yang tulus ikhlas dan mengejawantah sebagai sikap positif dalam berkomunikasi. Sikap positif yang perlu dikembangkan untuk mendukung efektifitas komunikasi interpersonal antara lain:
1.      Membuka pintu komunikasi
2.      Sopan dan ramah dalam berkomunikasi
3.      Jangan sungkan meminta maaf pada saat merasa bersalah
4.      Cepat dan tanggap
5.      Penuh perhatian
6.      Bertindak jujur dan adil
Adapun ciri-ciri hubungan interpersonal :
1.      Mengenal secara dekat
2.      Saling memerlukan
3.      Pola hubungan antar pribadi; yang ditunjukkan oleh adanya sikap keterbukaan di antara keduanya
4.      Kerjasama
kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hubungan interpersonal antara lain:
1.      Toleransi
2.      Kesempatan-kesempatan yang seimbang
3.      Saling menghargai orang lain
4.      Sikap mendukung, bukan sikap bertahan
5.      Sikap terbuka
6.      Pemilikan bersama atas informasi
7.      Kepercayaan
8.      Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kedekatan dan kehangatan
9.      Kesejajaran, atau posisi yang sama bagi kedua pihak
10.  Kontrol atau pengawasan
11.  Respon (ketepatan dalam memberikan tanggapan)
12.  Suasana emosional

Karena kadar hubungan interpersonal setiap orang berbeda, sebagai makhluk sosial yang merasa perlu berhubungan dengan orang lain dan banyak orang maka orang perlu tahu kriteria untuk menilai kadar hubungan interpersonal agar dengan orang lain dapat bersikap lebih terbuka . Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kadar hubungan interpersonal :
1.    Mengenali profil diri.
2.    Memperoleh informasi tentang orang lain (bahkan yang bersifat negatif).
3.    Aturan-aturan dalam hubungan interpersonal lebih banyak dikembangkan oleh kedua belah pihak.
4.    Mengutamakan kepentingan bersama.
5.    Keakraban.
6.    Kebersamaan, maksudnya kedua belah pihak saling melengkapi dan saling kerjasama.
7.    Kesalingbergantungan.
8.    Mendatangkan kebahagiaan.
9.    Kuantitas dan kualitas.

Siklus hubungan interpersonal dapat dideskripsikan sebagai proses hubungan antar manusia menuju pada kebersamaan. Kebersamaan adalah puncak dari hubungan interpersonal yang ditandai dengan karakter keharmonisan. Apabila terjadi erosi hubungan interpersonal, maka tahapan hubungan interpersonal dapat mengarah pada perpisahan. Setelah terjadi perpisahan, antagonisme, konflik sangat mungkin terjadi rujuk dan kesepakatan baru,sehingga terjalin kembali keinginan membina huhubungan interpersonal dengan kembali kepada tahap menuju kebersamaan.
Berikut adalah gambar siklus dari hubungan interpersonal :



Kebersamaan
                          
               Pengikatan                                                      pembedaan
              
   Penggiatan                                                                              pembatasan
  
Penjagaan                                                                                  penghindaran
  
Perkenalan                                                                                 pemutusan















ANALISIS

Dari biodata pribadi dan riwayat kehidupan ibu Sri Lestari, jika dikaitkan dengan siklus hubungan interpersonal adalah sebagai berikut:
1.      Tahap perkenalan
Perkenalan diawali dari seringnya subyek (ibu Sri Lestari) menawarkan tenaganya untuk hajatan-hajatan di kampung tempat tinggal saya.
2.      Tahap penjajagan
Tahap ini dimulai dengan perkenalan identitas pribadi ibu Sri Lestari yang mendasar.
3.      Tahap penggiatan
Setelah tahap penjajagan terasa nyaman dan lancar, beralih ke tahap penggiatan dengan lebih mengenal sosok pribadi ibu Sri Lestari melalui riwayat hidup yang diceritakan langsung saat wawancara. Saat tahap ini berlangsung, suasana terasa semakin akrab dan mengarah pada sikap terbuka.
4.      Tahap pengikatan
Seringnya ibu Sri Lestari menerima panggilan menjadi buruh rewang di acara hajatan-hajatan yang besar, membuat ibu sri dikenal sebagai buruh rewang yang sangat dibutuhkan dan diharapkan kerjasamanya saat ada hajatan-hajatan yang lain. Akan tetapi, tidak ada ikatan khusus antara ibu Sri Lestari dengan kliennya, karena biasanya beliau dipanggil secara spontan.

5.      Tahap kebersamaan
Intensitas waktu untuk bertatap muka dengan para klien yang menyewa jasanya menimbulkan suasana kebersamaan tersendiri. Walupun tak ada ikatan khusus yang mengikat namun suasana kebersamaan yang muncul di tengah-tengah masyarakat dikarenakan adanya faktor keseringan.


6.      Tahap pemutusan
Jika acara hajatan telah selesai, maka kerja sama berhenti, akan tetapi jika pemilik hajatan yang menyewa jasa ibu Sri Lestari mengadakan hajatan lagi, dia dapat memanggil dan menyewa lagi jasa ibu Sri Lestarilagi dan kebersamaan akan tercipta lagi.



DAFTAR PUSTAKA

Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar