Annyeong!!! Sekarang Ai
bawa FF request dari chingu Ai di kost… ceritanyanya sendiri sih terinspirasi
dari dorama jepang yang judulnya MEI-CHAN NO SHIJUTSI.. tapi semoga bagus dan gk kecewa sih.. soalnya ceritanya juga beda..Cuma mirip kok… Ai minta RCL ma
review ya.. don’t be silent reader.. okay… dari pada kelamaan cincong..langsung
baca aja..
EXO milik keluarga dan
SM, tapi cerita tentu dari kerja otak Ai…
Let’s read!!!
Title :
The Butler
Cast :
Park Chanyeol as Park Chanyeol
Han Hain asYou
Other Cast : Temukan sendiri
Genre :
Romance
Rating :
T
Length : Chapter
Warning : Gaje, typo dimana-mana, alur
berantakan, don’t like don’t read. And don’t copy..
THE
BUTLER CHAPTER 1
Aku tak menyangka jika
hidupku akan berubah seperti ini. Sehari setelah kematian kedua orang tuaku,
hidupku berubah. Hal aneh muncul dalam hidupku. Tiba-tiba saja aku menjadi
salah seorang kandidat pewaris bagi Emperor
Fishery Group. Dalam sekejab aku menjadi cucu dari salah satu orang terkaya
di Asia. Dan yang lebih aneh lagi, sekarang aku mempunyai seorang butler yang selalu melayaniku. Aku
merasa sangat aneh dengan kehadiran seorang butler
ini, dia datang kepadaku sebagai seorang pelayan sekaligus bodyguardku. Harusnya sebagai seorang gadis biasa aku senang,
setelah 16 tahun aku hidup dalam kemiskinan, tiba-tiba saja hidupku berubah
menjadi seperti Cinderella ditambah aku memiliki seorang butler tampan yang akan selalu disisiku, Park Chanyeol. Ya, mybutler is Chanyeol. Tapi, aku berbeda.
Aku merasa aneh hidupku tiba-tiba berubah. Ingin rasanya aku kembali ke
kehidupanku yang dulu, tapi…. Bagaimana bisa? Orangtuaku sudah tak ada lagi.
Sebenarnya bisa saja aku tinggal dengan keluarga temanku, keluarga mereka juga
berencana mengadopsiku, akan tetapi aku juga tak mungkin tega menyusahkan
keluarga temanku yang juga sudah menderita. Aku tak akan dapat setega itu.
Jadi, sekarang disinilah aku, sekarang aku berada di Saint Lucia Academy,
sekolah khusus wanita yang akan menjadi seorang lady dan pewaris group
perusahaan besar.
“Hain agashi!” Butlerku datang memanggilku. Ya, sejak
awal bertemu namja bernama Park Chanyeol ini selalu memanggilku Hain agashi.
Agak aneh sebenarnya untuk mendengar kata-kata itu, tapi apa boleh buat kata
namja itu sebagi seorang butler dia
harus memanggil ladynya dengan
agashi. Ah jinja, kehidupan apa ini?
“Ye?” Tanyaku menoleh
pada namja yang kuakui memiliki wajah tampan ini.
“Sekarang saatnya kita
ke asrama hain agashi.” Namja ini sekarang mengulurkan tangannya kanannya untuk
menggandengku. Apa tugas seorang butler
juga harus seperti ini? Ah benar-benar. Park Chanyeol, jika pekerjaan seorang butler seperti ini, lama-kelamaan aku
mungkin akan jatuh cinta padamu. Huft!
*****
Apa-apaan ini Park Chanyeol?
Kau bilang sekolah ini adalah sekolah termahal di dunia, tapi kenapa asramanya
jelek sekali seperti tidak pernah terawat?
“Apa ini?” Tanyaku
terkejut pada namja yang baru saja melepaskan genggaman tangannya terhadapku.
“Jeseonghaeyo agashi.
Aku belum menceritakan hal ini. Bagi siswa baru yang bersekolah disini harus
menempati asrama the moon light ini.
Memang asrama ini sejak dulu wujudnya seperti ini. Kotor dan tidak terawat.
Silye hamnida agashi.”
“Eoh.” Jawabku
mengangguk.
*****
Namja Park Chanyeol
yang sudah menjadi butlerku ini
memandangku dalam, “Agashi, aku sudah menyiapkan segalanya untukmu mandi.”
“Ah ye, kau sudah boleh
pergi.”
Omo, kenapa dia tidak
keluar lewat pintu keluar kamar ini? Kenapa dia justru pergi menuju ke sebuah
ruangan yang ada di dalam kamar ini?
“Yak, bukankah kau
harus lewat pintu itu?” Teriakku pada butlerku
sendiri sambil menunjuk pintu keluar.
“Tapi kamarku ada di
ruangan itu agashi.” Tunjuknya pada sebuah ruangan yang tadi akan ditujunya.
Mulutku menganga lebar mendengarnya. Jadi pada intinya kamarku dan kamarnya ada
dalam ruangan yang sama meskipun dia memiliki ruang sendiri. “Tugas seorang butler adalah menjaga ladynya, agashi, jadi seorang butler selalu dibuatkan ruangan dalam
kamar ladynya untuk selalu berada di
sisi ladynya.”
*****
Apa-apaan ini? Baru
bangun tidur aku sudah mendapati berbagai alat make-up di atas meja yang terletak di samping ranjangku. Apa-apaan
ini. Aku tidak suka memakai make-up
sama sekali.
“Hain agashi, segeralah
mandi. Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu. 30 menit lagi kelas akan
dimulai.” Ucap Chanyeol tersenyum padaku. Tapi saat itu senyumnya tak mampu
menyejukkan hatiku. Sebentar lagi kelas akan dimulai, sedangkan aku belum
bersiap-siap. Jadi saat itu aku spontan berteriak padanya, “Apa???????????” Baru
setelah itu lari ke kamar mandi.
*****
“Masih ada waktu lima
belas menit agashi, jangan terburu-buru. Sebaiknya biar aku mendadanimu dulu
dengan make-up yang kemarin aku beli
ini.”
“Shireoyo. Aku sudah
terlambat. Ayo cepat berangkat! Eotokaji, jarak asrama dan sekolah sekitar 40
km. kita tak mungkin sampai disana dengan tepat waktu.” Rengekku.
“Tenang agashi!” Tiba-tiba
Chanyeol menarik lenganku dan meninggalkan kamarku.
*****
Aku berteriak. Aku
berteriak sangat kencang. Tentu saja, saat ini aku sedang menaiki helicopter untuk berangkat ke sekolah.
Astaga, apa dia tidak tahu betapa berbahayanya ini bagiku. Aku benar-benar
takut ketinggian.
******
Teman-teman baru
dikelasku dengan jelas memandangku aneh. Bagaimana ada seorang gadis miskin
yang biasanya hanya memasak jajangmyeong dirumahnya sekarang bersekolah di
sekolah wanita paling elit di seluruh asia. Dan yang membuat teman-temanku
memandangku sangat aneh adalah bagaimana bisa aku memiliki butler sempurna dengan rangking S yakni Park Chanyeol. Butler yang selama ini diidam-idamkan
oleh semua lady di korea untuk
mendampingi dan melindungi serta melayani.
Sebagai seorang siswa
baru di sekolah ini, tentu aku harus memperkenalkan diriku pada teman-teman
baruku. Segera aku membungkuk 900 dengan senyum mengembang, “Annyeong
hasimnikka! Joneun Han Hain imnida, mannaseo bangapseumnida.”
Kuangkat kepalaku, aku
tak lagi membungkuk. Lima menit berlalu, tapi kenapa semua teman-teman baruku
ini hanya diam saja mengacuhkan kehadiran diriku. Ah ada apa ini? Tapi…tunggu
dulu, kenapa mereka malah menghampiri butlerku?
Aigo, mereka sangat keterlaluan.
“Chanyeol-ah, kenapa
kau menjadi butler yeoja aneh itu?”
Tanya salah seorang teman sekelasku yang menghiraukanku. Dasar.
“Lebih baik kau menjadi
butlerku saja.” Teriak secara
serentak mereka. Menyebalkan.
Okay gwaenchana. Sekarang
ada yang lebih menarik perhatianku. Dekorasi kelas ini benar-benar mengagumkan.
Hah, seperti hotel berbintang lima saja. Tentu saja aku mendeskripsikannya
demikian, karena kelasku ini benar-benar daebak. Tempat duduk untuk siswa dan
guru di sini adalah sofa mewah yang diimpor dari turkey kemudian mejanya yang
juga diimpor dari negara tropis Thailand sekarang diisi dengan berbagai macam gadget seperti laptop, i-pad dan smartphone demi mendukung proses belajar. Ah daebak!
*****
Normal pov
Tak disangka, yeoja
bermarga Han yang awalnya mengklaim dirinya tak akan bertahan lama di Saint Lucia
Academy ternyata cukup betah juga berada di tempat elit tersebut. Hampir dua
bulan ini yeoja berambut sebahu itu masih menyandang gelar haksaeng dari Saint
Lucia Academy, yah meskipun sampai detik ini ia belum punya teman sama sekali
kecuali butler tercintanya, Park Chanyeol.
Bicara mengenai namja itu, sekarang dimana dia? Kenapa ia tak bersama ladynya Han Hain yang sedang sendirian
di kelasnya?
‘Ah
kenapa namja itu lama sekali? Sebenarnya kemana dia?’
Gerutu Hain yang dari tadi menunggu butler
kesayangannya.
Dengan langkah berisik
teman satu kelas Hain yang diketahui bernama Kang Sanghee menggerutu dan
mengumpat memasuki kelasnya. Tampaknya ia sedang kesal dengan butlernya. Tak lama kemudian butler yeoja itu pun datang. Hain hanya
memandang aneh kedua orang itu sebenarnya apa yang terjadi? Sungguh yeoja itu
tak mengerti apapun saat ini.
Hain pov
“Mianhaeyo, Sanghee
agashi!” hah? Kenapa dia minta maaf? Apa dia baru saja melakukan kesalahan pada
ladynya. Ya tuhan mukanya terlihat memelas.
Tapi, sepertinya ada yang lebih menderita disini. Wajah yeoja itu…. Kenapa
terlihat sangat berantakan dan menyedihkan? Apa sesuatu yang besar baru saja
terjadi?
Aigo, yeoja sekarang
mengeluarkan air mata. Oh God, aku tak tahan melihatnya. Huft! Apa yang
terjadi? Kenapa aku tiba-tiba berdiri dan ingin menghampiri yeoja itu? Hah,
tapi langkahku terhenti ketika tiba-tiba dia angkat bicara. Aku rasa yeoja
dengan tampang menyedihkan itu sama sekali tak menyadari kehadiranku yang
sedari tadi di kelas. “Untuk apa minta maaf? Memangnya kau melakukan kesalahan
Jonghyun-ah?”
“Geundae agashi…” Belum
sempat butler bernama Jonghyun itu
menjawab, yeoja yang sudah menumpahkan air matanya itu sudah bicara lagi.
“Sudahlah! Jika yang
menyukai hanya aku saja dan kau tidak menyukaiku tak perlu kau minta maaf
jonghyun-ah!” Ucap yeoja yang mulai aku khawatirkan ini dengan nada agak
meninggi. Air matanya juga semakin deras. Astaga kasihan sekali yeoja itu. Uh?
Tapi tunggu dulu, apa tadi aku tidak salah dengar? Jangan-jangan yeoja ini
menyukai butlernya sendiri? Astaga, kenapa kisah cintanya seperti ini? Miris
sekali, apalagi terlihat jika cintanya bertepuk sebelah tangan.
“Agashi…” Kulirik namja
yang berstatus butler ranking A itu.
“Sudahlah.” Potong
yeoja itu lagi. Ya tuhan kenapa aku berada di situasi menegangkan antara kedua
orang itu?
“Agashi, aku mohon!
Kita tak mungkin bersama! Itu hal yang mustahil agashi.” Kini suara namja itu
juga meninggi.
Tersentak. Terkejut.
Tentu saja yeoja itu sekarang merasakannya. Aku dapat melihat matanya
mengatakan itu sekarang. Setiap wanita pasti akan terkejut jika ada yang
membentak, terutama orang yang disukai. Jika aku jadi dia, pasti aku juga akan
seperti itu.
“Tapi aku menyukaimu…”
Kini yeoja yang kulihat semakin memprihatinkan itu menunduk. Dan lagi air
matanya jatuh.
“Sudahlah agashi.
Jangan menyukaiku lagi. Kau tahu jika aku tak pernah menyukaimu!” Teriak namja
itu. Astaga untungnya tak ada orang lain yang melihat lagi selain aku, Han Hain.
Oh tuhan, bahu yeoja itu semakin bergetar. Apa yang harus aku lakukan sekarang.
Ah, sekarang kurutuki
kebodohanku. “Yak, kenapa kau bicara kasar pada orang yang menyukaimu?” Ah
pabo, kau Han Hain! Kenapa kau berteriak pada butler itu. Bahkan sekarang aku mengelus bahu yeoja yang tengah
menangis ini agar tenang. Baru saja sejenak, tanpa kusadari yeoja itu sudah
berlari sambil menangis sesenggukan. Aish jinja! Kenapa butlernya itu tak mengejarnya sama sekali? Apa dia tidak punya
perasaan melakukan hal itu? Dan, kini tanpa sadar lagi aku mengejar yeoja itu.
Hah biar saja, lagi pula aku bosan menunggu Park Chanyeol. Dasar Park Chanyeol
bodoh!
*****
Normal pov
Seorang yeoja yang
diketahui salah seorang murid senior di Saint Lucia Academy tengah menatap
nanar namja yang ada di depannya. Saat ini ingin direngkuhnya namja di depannya
itu. Ingin sekali yeoja itu menangis di dada bidang namja itu.
Mata yeoja itu mulai
berkaca-kaca, “Aku mohon Chanyeol-ah, kembalilah jadi butlerku! Kau tahu aku sangat menyukaimu.”
*****
Hain menghela nafasnya ketika
mendapati yeoja bernama Kang Sanghee tengah menekuk lututnya untuk menutupi air
matanya yang jatuh. Tapi jelas terlihat oleh Hain jika yeoja berponi tebal itu
sedang menangis sesenggukan. Karena saat itu jelas dilihatnya bahwa bahu yeoja
di sampingnya itu tengah bergetar. Perlahan Hain mendekati yeoja menyedihkan
itu, perlahan juga dielusnya punggung yeoja itu dengan lembut, “Gwaenchanayo
Kang Sanghee-ssi?” Mendengar ucapan seseorang yang berusaha menenangkan
hatinya, Sanghee mendongak. Dilihatnya seorang yeoja yang selama ini tak pernah
dianggapnya sebagai teman malah mencoba menenangkannya. Hatinya sedikit
mencelos saat ini. Sedikit menyesal ia pernah mengacuhkan dengan tatapan tidak
suka pada yeoja berambut sebahu di sampingnya itu. Dengan senyum yang sedikit
dipaksakan yeoja bermarga kang itu menarik sudut ujung bibirnya, “Gwaenchana
hain-ssi.”
*****
Melihat yeoja yang baru
ditenangkannya pergi menjauh dari pandangannya, han hain, yeoja berkulit cerah
itu menghembuskan nafasnya berat. “Kenapa kisah cintanya bertepuk sebelah
tangan?” Tanya yeoja itu yang masih menatap pungguh kang sanghee dari jauh.
“Bukan bertepuk sebelah
tangan.” Celetuk seseorang. Tentu Hain terkejut. ‘Dari mana datangnya orang itu?’ Tanya hain dalam hati.
Hain menatap bingung
namja di sampingnya yang tiba-tiba muncul, “Huh?”
“Harusnya sebagi murid
di sini kau tahu peraturan dasar di sekolah ini nona.” Namja itu tersenyum
tanpa mengalihkan pandangannya untuk menatap yeoja yang baru saja dibuatnya
bingung.
“Eoh?” Yeoja berambut
lurus itu makin bingung dengan ucapan namja itu.
“Jika seorang lady dan butlernya terlibat cinta maka dia akan dikeluarkan dari sekolah.” Secara
perlahan yeoja bermarga Han itu mencerna ucapan namja yang belum dikenalnya
itu. Ibarat Einsten yang mendapatkan ide dengan adanya lampu di atas kepalanya,
begitu juga yeoja berpipi chubby itu. Sekarang ada lampu menyala terang di atas
kepalanya.
“Ah, hemt, mungkinkah
sebenarnya mereka saling mencintai? Tapi karena Jonghyun tidak menginginkan ladynya dikeluarkan dari sekolah maka
dia melakukan itu. Benarkah begitu?” Kali ini Hain menatap intens namja di
sampingnya. Akan tetapi namja itu tak mengeluarkan suara apapun untuk menjawab
pertanyaan yeoja manis di sampingnya. Ia hanya tersenyum sejenak, “Namaku Kim Jongin.
Setelah butlermu nanti
meninggalkanmu, aku akan jadi butler
setiamu.”
Deg.
Namja berkulit sedikit
gelap itu meninggalkan yeoja bernama Han Hain yang tengah membatu setelah
mendengar ucapannya yang bagi yeoja itu sedikit gila.
*****
Dengan hangat yeoja
yang diketahui bernama Luna itu memeluk namja di depannya. Jelas sekali yeoja
berambut panjang itu begitu nyaman berada di dada bidang namja yang baru saja
dipeluknya. Memang namja itu tak membalas pelukan hangat yeoja yang diketahui
adalah cucu pemilik Saint Lucia Academy, tapi namja itu hanya mematung tak
bergerak sedikitpun.
“Saranghae Chanyeol-ah.
Kembalilah jadi butlerku lagi.”
Deg.
Sesak rasanya ketika
bernafas. Ada apa ini? Dari jauh terlihat seorang yeoja melihat adegan mesra
Luna dan namja yang diketahui bermarga Park itu. Yeoja itu adalah Han Hain,
sang pemilik butler rangking S itu.
Hain pov
Kenapa seperti ada batu
besar yang menindih hatiku? Rasanya sangat sakit dan sesak untukku bernafas
melihat Chanyeol dan yeoja cantik itu berpelukan. Ku putar badanku agar tak
melihat kedua orang yang tengah bermesraan itu. Segera kulangkahkan kakiku
menjauhi mereka. Aku tak peduli lagi dengan mereka yang bermesraan. Rasanya ada
yang menusuk ulu hatiku. Lebih baik aku pergi, lagi pula Chanyeol tak menyadari
keberadaanku di sini. Ia malah asyik berpelukan dengan seorang yeoja yang
cantik.
*****
Aku merenung di kamarku
dengan bingung. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, kenapa aku merasa
terluka saat melihat chanyeol bersama yeoja lain? Huft! Menyebalkan. Tadi dia
meninggalkanku di kelas demi bertemu kekasihnya. Ah Chanyeol bodoh. Aku benci
kau! Hah kenapa mendadak sekarang aku ingat ucapan Sanghee tadi?
Flashback on
“Hain-ah, hatiku sakit
sekali mendengar Jonghyun mengucapkan itu. Tapi aku tetap menyukai kenyataan
diriku bahwa aku mencintainya.” Ucap Sanghee menghapus sisa air matanya.
Yeoja yang diajak
bicara mengerutkan dahinya, “Cinta?”
“Hain, apa kau pernah
jatuh cinta?” Yeoja bermarga Kang itu memandang yeoja disampingnya untuk
meminta jawaban. Tapi yeoja itu hanya diam. Dia malah menggeleng bingung.
Sanghee mengambil nafas
dalam-dalam kemudian perlahan dikeluarkannya lewat hidung, “Aku akan
memberitahumu apa itu cinta.” Jeda. “ Saat kau sedang jatuh cinta dengan
seseorang, jantungmu rasanya akan meledak ketika melihat orang itu. Wajahmu
juga akan merona seperti kepiting rebus saat dia memujimu. Tapi ketika kau
melihat dia dengan orang lain, hatimu akan seperti diiris dengan pisau tajam.
Rasanya sangat menyakitkan. Itu namanya cemburu, dan cemburu itu bagian dari
cinta. Itulah yang aku rasakan pada butlerku
Jonghyun.” Hening. “Hain-ah…?”
“Eoh?” Yeoja bermata
onyx itu menoleh.
“Jangan pernah kau
jatuh cinta pada butlermu seperti aku
jatuh cinta pada Jonghyun. Aku tak ingin kau sepertiku. Mempunyai cinta yang
bertepuk sebelah tangan.”
Flashback off
Ah, hatiku memang sakit
saat melihat Chanyeol bersama yeoja yang sangat cantik itu. Tapi ini bukan
berarti perasaan cinta. Lagi pula saat melihat Chanyeol jantungku tidak
berdegup lebih kencang. Ah aku tahu ini bukanlah perasaan cinta. Tadi hatiku
terasa sakit karena aku kesal padanya yang meninggalkanku sendirian di kelas
berjam-jam tanpa pamit. Ya, ini bukanlah cinta. Kau harus yakin itu Han Hain.
Sepertinya ada yang memutar
knop pintu. Benar saja, ternyata Chanyeol masuk kamar. Aigo, ada apa ini?
Kenapa wajahnya tiba-tiba bersinar terang dan menyejukkan hatiku? Kenapa jantungku
juga berdetak kencang tak karuan? Astaga, apa ini? Apa aku jatuh cinta padanya.
Ah tidak mungkin. Tapi, setelah kuingat-ingat lagi saat aku pertama kali
bertemu dengan namja ini, jantungku juga berdetak sangat kencang. Dan aku sudah
membiasakannya sejak saat itu. Omo! Apa selama ini aku sudah jatuh cinta pada
namja ini? Ah tidak mungkin. Segera kugelengkan kepalaku.
“Ada apa agashi? Apa
ada yang mengganngumu.” Ku dengar suara indah itu dari butlerku chanyeol. Ah
tapi buat apa? Dia sudah punya yeojachingu? Aish! Kenapa aku jadi kesal
memikirkan Chanyeol dan yeoja itu? Ah tidak boleh Hain.
Aku menggeleng pelan
mengingat tindakanku yang aneh tadi.
Aish, kenapa chanyeol sekarang
tersenyum padaku, “ Agashi, tadi aku mencarimu di kelas? Kenapa kau tadi
menghilang? Dan sekarang kau malah ada di rumah.” Yak Park Chanyeol, apa kau
itu bodoh? Tadi aku sudah menunggumu selama dua jam di kelas, kau malah
asyik-asyikan bermesraan dengan yeojachingumu. Dan sekarang kau bilang bahwa
kau tadi mencariku? Dasar pembohong! Kau pikir aku yeoja bodoh? Saking kesalnya
aku memproutkan bibirku. “Pabo!” Ujarku ketus masih memproutkan bibirku kesal.
Tapi apa yang terjadi? Park Chanyeol bodoh malah terkikik melihatku. Ah, sial.
“Agashi, kau sangat
menggemaskan dengan aegyomu itu.” Yak Park Chanyeol, apa kau tak tahu aku
sedang merajuk? Uh? Tapi tunggu dulu, kenapa sekarang wajahku terasa panas? Apa
wajahku baru saja merona karena pujiannya?
*****
Sepertinya butler yang setiap hari melayaniku ini
ingin bicara hal penting padaku. Kulihat dari tadi ia mondar-mandir di samping
meja belajarku. Ah, jujur saja, sebenarnya dia menggannguku yang tengah belajar
saat ini. “Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku Yeollie?”
“Yeollie?” Sepertinya
chanyeol heran mendengar apa yang baru saja keluar dari mulutku.
Aku memandanginya
intens, “Apa kau tak suka aku memanggilmu Yeollie? Padahal kurasa itu cukup
bagus.
Sepertinya namja yang
aku lihat saat ini mengembangkan senyumnya lebar. Huft! Entah kenapa tadi aku
tiba-tiba memanggilnya Yeollie? Tapi aku rasa itu nama yang imut. Mungkin aku
akan terus memanggilnya Yeollie saja. Semoga saja dia tak mempersalahkan nama
panggilan ini, “Aniyo agashi. Aku sangat senang kau memanggilku begitu. Sebelum
ini belum pernah aku dipanggil dengan nama yang lucu dan manis.” Yah, senangnya
mendengar dia mengucapkan itu. Ah sialnya diriku, wajahku merona lagi. Pasti
saat ini rona warna mukaku seperti kepiting rebus.
“Jadi apa tadi kau
ingin bertanya padaku Yeollie?” tanyaku lagi.
Chanyeol mendesah, “Beberapa
hari yang lalu aku bertemu dengan cinta pertamaku, agashi.”
Deg. Hatiku kembali
teriris mendengar itu dari mulut seorang Park Chanyeol sendiri. Sekelebat
ingatan beberapa hari yang lalu mengenai dirinya dan yeoja itu muncul dalam
bayanganku saat ini. Aku terdiam mematung menunggu dia bicara lagi.
“Dulu dia adalah ladyku.” Hah. Tiba-tiba aku menahan
nafasku. Sakit sekali dadaku saat ini. “Tapi kemudian aku berhenti menjadi
seorang butler.” Pabo kau Park Chanyeol.
Aku sedang menahan diriku agar tak menangis di hadapanmu. “Setelah itu aku
malah menjadi butlermu agashi.”
Spontan aku berlari ke kamar mandi. Kini air mataku benar-benar jatuh. Memang
kuakui bahwa aku sudah jatuh cinta pada namja yang beberapa detik lalu masih
mengobrol denganku. Ku tutup mulutku dengan kedua tanganku, agar tangisku yang
sesenggukan tak terdengar olehnya. Ingin aku menagis sejadi-jadinya saat ini.
Tapi aku tak bisa, Chanyeol menyukai orang lain. Dan pada kenyataannya cintaku
bertepuk sebelah tangan. Ah shit!
Harusnya kau mendengarkan perkataan sanghee saat itu agar aku tak jatuh cinta
pada butlerku sendiri. Tapi mau
bagaimana lagi, kalau dipikir-pikir aku tak akan bisa menghentikan perasaan
itu. Aku rasa aku sudah jatuh cinta pada namja itu sejak pertama kali bertemu
dengannya.
“Agashi? Gwaenchanayo?”
Tanya Chanyeol mengetuk pintu kamar mandi. Mendengar suaranya mengingatkanku
pada ucapannya tadi, ‘setelah itu aku
malah menjadi butlermu agashi’. Apa kau menyesal Park Chanyeol bahwa kau
sudah menjadi butlerku sehingga kau
mengucapkan kata malah? Asal kau tahu
saja tuan park, aku juga tak pernah berharap menjadi ladymu saat pertama kali bertemu denganmu. Setelah orangtuaku
meninggal tiba-tiba saja kau datang dan mengaku menjadi butlerku. Apa kau pikir saat itu aku percaya? Tidak Park Chanyeol,
saat itu aku tidak percaya sama sekali dengan ucapanmu yang waktu itu aku rasa
hanya sebuah bualan omong kosong. Tapi kenapa sekarang hatiku sakit sekali.
Beberapa hari ini aku ingin selalu memeluk punggungmu dari belakang. Hanya saja
aku sadar beberapa hari ini, hatimu sudah terikat dengan seseorang. Dan
sialnya, sekarang wajahmu yang penuh dengan penyesalan karena menjadi butlerku terus muncul di setiap kelebat
ingatanku. Park Chanyeol bodoh.
*****
Ah shit! Aku jadi
sering menggerutu sekarang. Semuanya gara-gara tuan Park bodoh itu. Sejak
kemarin sepertinya Canyeol ingin bicara hal penting lagi padaku, sedangkan aku?
Aku hanya terus menghindarinya jika ia ingin bicara penting padaku. Jujur, aku
tak ingin seperti ini, geundae, aku merasa sangat takut. Aku sangat takut jika
apa yang diucapkan Chanyeol nanti adalah dia ingin meninggalkanku dan kembali
menjadi butler yeoja bernama Luna
itu. Aku tak mau itu terjadi. Aku benar-benar sudah menyukai namja itu. Aku
tahu aku egois. Aku juga tahu bahwa aku sudah menjadi penghalang bagi kedua
orang itu. Hanya saja, apa nanti aku masih bisa bertahan jika Chanyeol yang sempat
kupanggil dengan nama Yeollie itu meninggalkanku sendiri.
Oh geez! Moodku sekarang sedang kacau. Dan
sepertinya hari ini akan bertambah lebih buruk lagi. Kulihat Chanyeol duduk
berdua dengan yeoja itu lagi. Sial, pertahananku runtuh lagi. Air mataku sudah
jatuh tanpa aku memintanya datang ke pipiku. Dari pada moodku semakin buruk, lebih baik aku pergi dari tempat ini.
Tidak hanya Chanyeol
yang membuat moodku bertambah buruk
kali ini. Ada satu orang lain. Namja yang kemarin mengenalkan dirinya sebagai Kim
Jongin. Saat aku berbalik, tiba-tiba saja ia sudah berada di depanku. Kapan dia
datang? Kenapa aku tak menyadarinya. “Sepertinya dia akan meninggalkanmu nona.”
Aish jinja, kata-katanya membuatku dongkol. Yaah aku sudah jelas tahu tuan,
jika namja bernama Park Chanyeol itu akan segera meninggalkanku untuk kembali
menjadi butler orang yang dicintainya
itu. Jadi tak perlu kau beri tahu aku tuan. “Sebaiknya segera kau perintahkan
aku untuk menjadi butlermu.” Ucap
namja bermarga Kim ini membuatku sangat terkejut. Dan lebih mengejutkan lagi,
dia memelukku erat. Astaga apa yang dia lakukan? Aish namja ini keterlaluan.
Baru dua kali bertemu, dengan seenak jidaknya saja dia sudah berani memelukku.
Saat ini tentu saja aku berontak dari pelukan namja kurang ajar ini. Ah sial,
namja ini malah memelukku semakin erat sehingga aku tak bisa keluar dari badan
kekar namja ini. “Sepertinya butlermu
itu sedang menoleh kearah kita” namja itu mengeluarkan suara lagi. Tadi apa dia
bilang? Chanyeol melihat kami berpelukan? Aigo, apa yang harus aku lakukan. Dia
tak boleh salah paham. Seberkas wajah Chanyeol dan yeoja itu kembali muncul
dalam ingatanku. Aku terdiam tak lagi meronta dalam pelukan namja tinggi ini.
Apa peduli Chanyeol melihatku berpelukan dengan namja lain? Dia tak akan pernah
peduli, dia kan sedang bersama dengan yeojachingunya yang jauh lebih cantik
dari diriku. Chanyeol bodoh. Pabo.
“Nona, sepertinya kau
sudah nyaman berada dalam pelukanku yang aku rasa mampu menghangatmu.”
Shit! Namja itu
mengeluarkan smirknya.
*****
Malam yang dipenuhi
awan hitam ini terasa menyebalkan. Sekarang aku berada di depan pemilik Emperor
Fishery Group. Dia adalah kakek kandungku. Makanya dia menjadikanku sebagai
salah orang kandidat calon pewarisnya. Sebenarnya aku malas disini. Selama 16
tahun aku hidup, ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Aku akui wajah
kakek biologisku ini memang mirip dengan ayahku, hanya saja kita sama sekali
tak dekat. Wajar bukan jika aku bosan dan ingin meninggalkan tempat ini?
Sepertinya kakek
biologisku yang bernama Han Kangin ini akan bicara, sejenak kuperhatikan
wajahnya tanpa malu. “Hain-ah, meskipun ini pertemuan pertama kita, kau tak
sungkan menatap wajahku dengan malu. Kau yeoja yang pemberani.” Ah jangan
membual dihadapanku haraboji. Ini pertama kalinya orang menyebutku pemberani.
Kuputar bola mataku. Aku tahu aku tak sopan sekali pada kakekku sendiri tapi
aku rasa wajar-wajar saja jika aku seperti ini. Dulu tega-teganya dia mengusir
ayahku, setelah kedua orangtuaku meninggal ia ingin aku menjadi calon kandidat
salah seorang pewarisnya. Yang benar saja? Apa dia pikir aku tak punya perasaan
sehingga dia melakukan hal itu?
“Tentu di dunia ini tak
ada yang gratis, kau tahu itu kan Hain-ah?” lihat, dia sama sekali tak tulus
menjadikakanku salah satu kandidat calon pewarisnya. Siapa juga yang mau jadi
pewarisnya?
Tanganku bersedakap di
depan dada, “haraboji, katakan saja apa maksudmu yang sebenarnya!” hebat sekali
kau Han Hain. Tanpa ba-bi-bu kau bicara pada orang itu. Sebenarnya sifat
angkuhmu ini menurun dari siapa han hain? Kau benar-benar hebat sekarang.
Jinja. Pemilik Emperor
Fishery Group ini malah terkikik melihat tingkah lakuku. Yak, apa aku ini lucu?
Perasaan aku sudah bersikap ketus dan tidak sopan tingkat tinggi pada orang yang
notabene adalah kakek kandungku. “Kau memang cerdas Hain-ah.” Kuputar bola
mataku lagi. “Aku punya syarat untukmu jika kau ingin menjadi pewarisku.” Yak,
haraboji! Aku sama sekali tak ingin menjadi pewarismu! Benar-benar orang ini.
Aish! “Setelah lulus dari Saint Lucia Academy kau harus menikah dengan seorang
kandidat calon pewarisku yang lain.”
Mataku melebar saking
terkejutnya, menikah?, “Mwo?” huft! Kakek itu malah terkikik lagi. “Haraboji,
aku baru 16 tahun. Tidak mungkin aku menikah. Lagi pula aku tak berniat menjadi
pewarismu sama sekali.” Kebiasaanku terulang lagi. Setiap aku kesal dan marah,
aku memproutkan bibirku. Sialnya lagi. Kakek biologisku yang materialistis ini
terkikik lagi.
“Aigo Hain-ah, aegyomu
lucu sekali. Haraboji jadi gemas melihatnya.” Deg. Aegyo? Menggemaskan? Kenapa
kata-kata itu justru mengingatkanku pada cinta pertamaku yang bertepuk sebalah
tangan, Park Chanyeol? Lagi. Hatiku teriris lagi. Sepeti ada yang menindih
dadaku dengan bongkahan es ketika hanya teringat chanyeol sebentar saja. Dingin
dan sakit rasanya. “Tenang cucuku. Kau menikah setelah lulus. Masih dua
setengah tahun lagi.” Hening. “Dan yang pasti, selama kurun waktu tersebut kau
masih bisa memikirkan apakah kau ingin menjadi pewarisku atau tidak. Dan jika
sampai kurun waktu tersebut kau masih tetap pada pendirianmu sekarang, apa
boleh buat, akan kuserahkan semua harta adan aset-asetku pada calon suami itu
yang menjadi salah seorang kandidat calon pewarisku yang lain selain dirimu.”
Menyebalkan. Aku teus mengumpat dalam hati. “Aku yakin Hain-ah, kau takkan
mengecewakan aku. Hanya satu keinginanku, memberikan seluruh apa yang aku
miliki pada darah dagingku. Aku harap kau mengabulkan keinginanku dengan
menjadi pewarisku dan menikah dengan orang yang sudah kupilih untukmu.”
*****
Malam ini hujan
benar-benar turun. Chanyeol sudah menungguku di depan rumah tuan Han Kangin,
kakekku. Ah aku baru ingat! sejak kejadian namja bernama Kim Jongin itu
memelukku, hubungan antara aku dengan butler
yang sudah mencuri hatiku ini menjadi semakin jauh. Aku tak lagi memanggilnya Yeollie
lagi. Dia juga terlihat semakin dingin di depanku. Aku jadi tak mengerti, apa
yang sebenarnya terjadi dengannya? Apa dia berubah dingin kepadaku karena dia
ingin menjadi butler orang yang
dicintainya itu lagi? Ah memikirkan ini membuat dadaku sesak. Park Chanyeol
bodoh! Harusnya kau mengerti perasaanku. Dalam guyuran hujan kudatangi dia yang
juga kehujanan. Kami sama-sama basah oleh dinginnya air hujan malam ini.
“Agashi…” sebuah suara
keluar dari mulut Park Chanyeol. Hah, senangnya bisa mendengar suaranya.
Akhir-akhir ini Chanyeol hanya bicara seperlunya saja. Jadi wajar saja dari
kemarin aku sangat merindukan suaranya yang menurutku sangat indah. Mungkin aku
sudah gila menganggap suaranya yang berat terasa sangat indah, merdu dan halus
di telingaku. Yah, namanya juga orang jatuh cinta.
Kutatap manik mata
chanyeol. Aku harus mendongak untuk melihat manik matanya yang juga indah itu,
dia begitu tinggi untuk ukuran sebagai seorang pria korea. “Kelihatannya Hain
agashi tengah dekat dengan seorang namja.” Chanyeol kali ini juga menatapku.
aku rasa saat ini aku sedang tidak dekat dengan seorang namja…kecuali dengan butlerku sendiri, ya itu tentu saja kau
Park Chanyeol! Kugelengkan kepalaku, “Ani.”
Sepertinya aura di
sekelilingku sedang tak baik. Kulihat bahu namja yang merupakan butler genius
itu menegang. “Untuk apa kau berbohong agashi?” ada apa denganmu Chanyeol
bodoh? Kenapa nada suaramu menjadi semakin dingin padaku? Apa aku baru saja
melakukan kesalahan terhadapmu? Sekarang bahuku juga ikut menegang.
“Yak, Park Chanyeol-ssi.
Aku tidak berbohong.” Aku sangat kesal pada namja yang aku sukai ini. Ku sebut
saja namanya dengan formal. Aku tidak bohong, kenapa dia terlihat bahwa ia
ingin aku berbohong? Park Chanyeol bodoh! Apa kau meliahat kebohongan di
mataku? Tidak ada kan? Kecuali aku yang menutupi perasaanku bahwa aku
menyukaimu yang sudah menyukai orang lain.
Ouch. Lenganku sakit
sekali. Aneh. Park chanyeol berani mencengkram kedua tanganku erat. Kilatan
marah terpancar di matanya. Kau membuatku takut Park Chanyeol. “Kau tak perlu
berbohong agashi. Kemarin aku melihatmu berpelukan dengan seorang namja.” Deg.
Apa dia cemburu. Tidak mungkin, aku tak ingin berharap terlalu tinggi. “Jauhi
namja itu agashi.” Ucapnya membuatku berharap bahwa Park Chanyeol akan menyukai
diriku yang tidak secantik yeoja bernama Luna itu. Ah, lagi-lagi hatiku sakit
membandingkan diriku dengan yeoja yang dicintai Park Chanyeol.
“Wae?” tanyaku lirih.
Aku masih menahan sakit akibat tangan chanyeol yang masih setia berada di
lenganku yang kecil. Aku juga kedinginan saat ini. Ah kenapa sekarang harus
turun hujan? Sakitnya jadi dua kali lipat.
Hening. Namja yang
selalu membuat jantungku berdegup kencang ini mulai mengendurkan kekangannya
pada tanganku. Tapi masih cukup kuat mencekramnya. Setidaknya aku bisa bernafas
lega sedikit. “Dia bukan orang yang tepat untukmu agashi. Aku rasa dia orang
yang sedikit kurang ajar.”
“Wae?” tanyaku lagi.
“Aku yakin kau belum
lama mengenalnya agashi, tapi dengan lancangnya dia memelukmu di depan umum.”
Deg. Aku kira setidaknya sedikit saja kau cemburu dan menyukaiku park chanyeol.
Harapanku hanya sia-sia.
“Kau menghancurkan
harapanku.” Ucapku menatap matanya. Aku rasa sebentar lagi air mataku jatuh.
Aku tak lagi dapat melihat wajah park chanyeol secara jelas. Pelupuk mataku
sudah penuh dengan cairan bening. Saat itu samar-samar kulihat kilatan marah di
mata namja itu jiga semakin lebar. Pandangannya padaku juga semakin dingin dan
tajam. Kenapa cinta pertamaku sangat menyakitkan? Chanyeol, kenapa aku harus
menyukai namja sepertimu?
“Algeseo agashi.” Kau
mengerti? Jangan berbohong Park Chanyeol. Kau tak mengerti apapun tentang hatiku
yang hanya tertuju padamu. “Agashi aku mengerti kau menyukai namja itu.” Kau
salah Park Chanyeol. Orang yang kusukai adalah kau. Bukan dia! “Tapi dia bukan
orang yang baik agashi. Menjauhlah dari namja itu!” Kini kilatan marah di mata
Chanyeol benar-benar menganga terbuka lebar. Dia baru saja membentakku. Ladynya sendiri. Sakit sekali. Sakitnya
bukan karena dinginnya air hujan. Sakit ini juga bukan hanya yang ada di
lenganku saja, tapi juga ulu hatiku. Sakitnya bukan karena Chanyeol yang
notabene seorang butler berani
membentak ladynya, tapi lebih jauh kepada
bahwa Chanyeol orang yang aku sukai sejak pertama kali bertemu membentakku.
“Jika namja itu tak
baik dan merupakan orang yang kurang ajar karena memelukku di depan umum, lalu
bagaimana denganmu?” aku mengambil nafas dalam-dalam. Ingin sekali saat ini aku
menangis sejadi-jadinya, tapi sekarang yang ada malah air mataku jatuh seperti
sungai. Mengalir apa danya tanpa suara berisik. “Kau juga berpelukan dengan
seorang namja di depan umum.” Ya Tuhan, tak kusangka aku berani mengatakan hal
ini, dan aku tahu bahwa kata-kata ini akan menjadi bumerang bagi hatiku yang
sudah terluka. Aku jadi teringat bagaimana Park Chanyeol dan yeoja itu
bermesraan di depan mataku. Aku rasa sekarang Park Chanyeol juga terkejut.
Pasti dia berpikir bagaimana aku bisa tahu perihal hal itu padahal ia belum
pernah menceritakannya padaku. Ah, apa sekarang peduliku? Kau juga tak
menyukaiku sedikitpun Park Chanyeol.
“Tapi ini berbeda
agashi. Dia adalah…”
Belum sempat chanyeol menyelesaikan kata-katanya, aku
sudah memotong ucapannya. “Orang yang kau cintai?” Bahuku semakin bergetar
setelah mengucapkan kata-kata itu. Sudah banyak air mataku yang bercampur
dengan air hujan. Baiklah aku juga akan meninggikan suaraku kali ini, “Semuanya
jadi berbeda karena dia adalah orang yang…” Chu. Apa ini? Dingin sekali
bibirku. Aku tahu bibirku yang sudah membiru karena hujan memang terasa dingin,
tapi ini berbeda.
To Be Continued…..
Bagus apa nggak?? Tetep review FF abal-abal ini ya..
author butuh saran dan komentar yang membangun…..don’t be silent reader