TUGAS
AKHIR SEMESTER
SOSIO-ANTROPOLOGI
PENDIDIKAN
“KELUARGA
SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI PRIMER DALAM PROSES BELAJAR SOSIAL”
Disusun
oleh:
Erni
Kuswulandari Suwarno
12401241003
PKnH
“A” 2012
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2013/2014
A.
SOSIALISASI
Individu
dalam masyarakat akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan
bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
dimana individu itu berada. Tanpa sosialisasi suatu masyarakat tidak dapat
berlanjut pada generasi berikutnya. Jadi sosialisasi juga merupakan proses
transmisi kebudayaan antargenerasi, karena tanpa sosialisasi masyarakat tidak
dapat bertahan melebihi satu generasi. Syarat penting untuk berlangsungnya
proses sosialisasi adalah interaksi sosial, karena tanpa interaksi social
sosialisasi tidak mungkin berlangsung(Ihromi, 1999: 30).
Sosialisasi
merupakan proses belajar bagi seseorang atau sekelompok orang selama hidupnya
untuk mengenali pola-pola hidup, nilai-nilai dan norma social agar ia dapat
berkembang menjadi pribadi yang bisa diterima oleh sekelompoknya. Sosialisasi
sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik dengan
keluarga, teman sebaya, sekolah maupun media massa(http://eprints.uny.ac.id/8599/2/BAB%201%20-%2007413241022.pdf.diunduh
pada senin 11 mei 2014 pukul 11.30 dalam bentuk pdf).
Ada
beberapa pengertian mengenai sosialisai menurut para ahli, antara lain:
1. Peter
Berger
Sosialisasi merupakan proses dimana anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
2. Soerjono
Soekanto
Sosialisasi merupakan proses dimana
anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakt
dimana ia menjadi anggota.
3. Charlotte
Buehler
Proses yang membantu individu-individu
belajar dan menyesuaikan diri, bagamana cara hidup dan berpikir kelompoknya
agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Jadi
sosialisasi merupakan proses social tempat seorang individu mendapatkan
pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang di
dalam kelompoknya.
Proses
sosialisasi berhubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu
dari masa anak-anak sampai masa tuanya belajar mengenai pola-pola tindakan dari
pergaulan dengan segala macam individu yang berada di sekelilingnya serta
menduduki beraneka macam peraturan social yan mungkin ada dalam kehidupan
masyarakat (Tedi Sutandi, 2007: 59).
Tujuan
sosialisasi menurut Bruce J. Cohen antara lain:
1. Memberikan
bekal keterampilan yang dibutuhkan bagi individu pada masa kehidupannya kelak,
2. Memberikan
bekal kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya untuk membaca, menulis, dan berbicara,
3. Mengendalikan
fungsi-fungsi organic melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat,
4. Membiasakan
diri individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada
masyarakat.
5. Membentuk
sistem perilaku melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh watak pribadinya,
yaitu bagaimana ia memberikan reaksi terhadap suatu pengalaman menuju proses
pendewasaan.
Arti
sosialisasi
1. Dalam
arti sempit, sosialisasi merupakan seperangkat kegiatan masyarakat, yang di
dalamnya individu-individu belajar dan diajar memahirkan diri dalam peranan
social sesuai dengan bakatnya,
2. Dalam
arti luas, sosialisasi merupakan proses seseorang mempelajari dan menghayati
(mendarahdagingkan) norma-norma kelompok atau “kesatuan kerja” di tempat ia
hidup sehingga ia sendiri menjadi seorang pribadi yang unik dan berperilaku
sesuai dengan harapan kelompok.
Macam-macam
sosialisasi menurut Robert M. Lawang antara lain:
1. Sosialisasi
primer, terjadi pada saat usia seseorang masih usia balita. Sosialisasi primer
sebagai yang pertama dijalankan individu semasa kecil. Dalam tahap ini proses
sosialisasi primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum, dan
keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi.
2. Sosialisasi
sekunder, yang berlangsung setelah sosialisasi primer, yaitu semenjak usia 4
tahun hingga selama hidupnya. Dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada
terwujud sikap profesionalisme dan dalam hal ini yang mejadi agen sosialisasi
adalah lembaga pendidikan, peer-group, lembaga pekerjaan, dan lingkungan yang
lebih luas dari keluarga (http://eprints.uny.ac.id/8578/3/BAB%202%20-%2008413241010.pdf,
diunduh pada senin 11 mei 2014 pukul 10.00 WIB).
Sosialisasi
bisa berlangsung secara tatap muka, tapi biasa juga dilakukan dalam jarak
tertentu melalui sarana media, atau surat-menyurat, bisa berlangsung secara
formal maupun informal, baik sengaja maupun tidak sengaja. Sosialisasi dapat
dilakukan demi kepentingan orang yang disosialisasikan ataupun sorang yang
melakukan sosialisasi, sehingga kedua kepentingan tersebut bisa sepadan atau
bertentangan (Ihromi, 1999: 32)
Proses
sosialisasi oleh Koetjoroningrat disebut
dengan istilah enkultarasi, yang artinya pembudayaan, artinya seorang individu
mempelajari dan menyesuaikan dirinya dengan alam pemikiran dan sikapnya dengan
adat istiadat, sistem social, nilai, norma dan aturan hidup dalam budayanya(http://ikaribajuwanita.files.wordpress.com/2011/05/sosialisasi-dan-pembentukan-kepribadian.pdf,
diunduh pada hari senin, 11 mei 2014 pukul 11.00).
Media
sosialisasi antara lain:
1. Keluarga
2. Kelompok
3. Lingkungan
pendidikan
B. KELUARGA
Keluarga
adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan
bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam
satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena
perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit
pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih mempunyai
peranan-peranan tertentu, yaitu:
1. Keluarga
batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota,
dimana ketentaman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
2. Keluarga
batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan
anggotanya.
3. Keluarga
batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
4. Keluarga
batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni
suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Keluarga
pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu kelompok yang
terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal
yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciriciri umum
keluarga antara lain yaitu:
1. Keluarga
merupakan hubungan perkawinan.
2. Susunan
kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan
dipelihara.
3. Suatu
sistim nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan
ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan
khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan
untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan
tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun, tidak
mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok-kelompok keluarga.
C. KELUARGA SEBAGAI SOSIALISASI PRIMER
Proses
sosialisasi primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum, dan
keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi. Sosialisasi merupakan
proses awal dimana kepribadian anak ditentukan lewat interaksi social. Agen
utama dalam hubungan ini adalah keluarga, dan kontak pertama dari anak hampir
hanya dengan anggota-anggota kelompok ini. Pertama kali manusia mengalami
proses sosialisasi adalah di dalam keluarga tempat dia dilahirkan. Keluarga
sebagai kesatuan yang terdiri atas ayah, ibu, ibu, dan anak merupakan kelompok
terkecil dalam masyarakat. Namun, peran yang dimilikinya sangat penting dalam
proses sosialisasi. Sebagai kelompok social, keluarga memiliki nilai-nilai dan
norma-norma tertentu. Keluarga sebagai media pertama dalam proses sosialisasi
mempunyai banyak peran, antara lain melatih penguasaan diri, pemahaman
nilai-nilai dan norma-norma social, serta melatih anak dalam mempelajari
peranan social. Agar sosialisasi dalam keluarga berlangsung secara baik, maka
diperlukan kondisi yang mendukung. Kondisi demikian ditentukan oleh
keharmonisan keluarga, cara mendidik, komunikasi antar anggota keluarga, dan
perhatian yang cukup(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31639/4/Chapter%20II.pdf,
diunduh
pada senin 11 mei 2014 pukul 10.25 ). Tiap-tiap masyarakat seharusnya
mengajarkan si anak untuk menjadi anggota yang bertanggung jawab, dan yang
paling penting utama adalah melalui keluarga. Disini anak belajar menerima
norma-norma social, sikap-sikap nilai-nilai serta pola tingkah lakunya menjadi
dapat diperkirakan oleh anggota masyarakat lainnya. Bahasa, pola-pola seks,
keyakinan agama, sopan santun dan peletakam berbagai elemen-elemen kebudayaan
juga ditangani lewat keluarga (http://eprints.uny.ac.id/8578/3/BAB%202%20-%2008413241010.pdf
diunduh pada 11 mei 2014).
Fungsi
sosialisasi menurut BKKBN ada delapan yakni:
1. Fungsi
agama
Sebagai sarana awal memperkenalkan
nilai-nilai religius kepada anggota keluarga baru. Dalam proses sosialisasi
ini, interaksi antar anggota keluarga berlangsung secara intens.
2. Fungsi
sosial budaya
Fungsi ini ditanamkan bertujuan untuk
memberikan identitas sosial kepada keluarga itu, termasuk anggota keluarga
baru. Budaya diwariskan awalnya dalam institusi ini.
3. Fungsi
cinta kasih
Dalam keluarga idealnya terdapat
“kehangatan”.
4. Fungsi
perlindungan
Sifat dasar dari setiap individu adalah
bertahan terhadap segala gangguan dan ancaman. Dalam hal ini keluarga berperan
sebagai benteng terhadap seluruh anggota keluarga dari gangguan fisik maupun
psikis.
5. Fungsi
reproduksi
Keberlangsungan keluarga dilanjutkan
melalui proses regenerative, dalam hal ini keluarga adalah wadah yang sah dalam
melanjutkan proses regenerasi itu.
6. Fungsi
pendidikan
Sebagai wadah sosialisasi primer,
keluargalah yang mendidik dan menanmkan nilai-nilai dasar. Ketika proses itu
berjalan, perlahan-17 lahan institusi lain (sekolah) akan mengambil peranan
sebagai wadah sosialisasi sekunder.
7. Fungsi
ekonomi
Kesejahteraan keluarga akan tercapai
dengan berfungsinya dengan baik fungsi ekonomi ini. Keluargalah yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya.
8. Fungsi
lingkungan
Fungsi ini erat kaitannya dengan
hubungan dengan lingkungan sekitar. Lingkungan yang harmonis merupakan kondisi
apabila dimana dalam fungsinya setiap keluarga bisa meyakinkan anggota
keluarganya utuk bisa menjaga dan melihat lingkungan sekitarnya dengan baik.
D. DISFUNGSI SOSIALISASI DALAM
KELUARGA
Sebagai
sebuah sistem, keluarga dapat terpecah apabila salah satu atau lebih anggota
tidak menjalankan tugas dan fungsinya dalam keluarga hingga menyebabkan
terjadinya keluarga disfungsi. Hal ini tentu akan mempengaruhi keutuhan
keluarga sebagai sebuah sistem. Disfungsi diartikan sebagai tidak dapat
berfungsi dengan normal sebagaimana mestinya.
Keluarga
disfungsi dapat diartikan sebagai sebuah sistem social terkecil dalam
masyarakat dimana anggota-anggotanya tidak atau telah gagal menjalankan
fungsi-fungsi secara normal sebagaimana mestinya. Keluarga disfungsi; hubungan
yang terjalin di dalamnya tidak berjalan dengan harmonis, seperti fungsi
masing-masing anggota keluarga tidak jelas atau ikatan emosi antar anggota
keluarga kurang terjalin dengan baik.
Keluarga
yang mengalami disfungsi sangat berpengaruh
pada sosialisasinya dalam keluarga, disfungsi sosialisasi keluarga
merupakan suatu hal yang disebabkan gagalnya keluarga dalam menjalankan fungsi
sosialisasi yang seharusnya dilakukan oleh keluarga tetapi dijalankan oleh
orang lain atau lembaga lain.
Sumber/Credit:
Tedi
Sutandi.2007. Antropologi: Mengungkap
Keragaman Budaya untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program
Bahasa. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
T.O.
Ihromi (Penyunting). 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta:Yayasan
Obor Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar